Sumber Kesaksian: David Subagja
Siang itu ketika aku sedang tidur, tiba-tiba saja ayahku pulang dan kemudian ia memukulku tanpa kutahu alasannya. Sejak kejadian itu, aku sering ketakutan bila waktunya untuk tidur siang. Karena kejadian itu pula, aku merasa seperti anak yang terbuang di keluargaku sendiri.
Rasa takut membuatku tidak berani untuk bertanya mengapa ayahku berbuat demikian. Hingga timbul rasa kekesalan dalam hatiku, dan perasaan itu tetap merasuki hatiku sampai aku SMP. Setelah tamat sekolah menengah, rasa kesal itu tak kunjung hilang, keberanianku pun tak ada, hingga aku mulai bergaul dengan kehidupan malam sebagai tempat pelarianku. Dan, setiap kali aku mempunyai uang dan kesempatan, aku pasti pergi ke tempat hiburan.
Kebiasaan buruk itu terbawa hingga aku dewasa dan menjadi semakin parah. Dalam seminggu, aku bisa tiga sampai lima kali pergi ke tempat hiburan untuk melampiaskan nafsu bejatku dan hal itu sepertinya sudah menjadi kebutuhan utamaku. Tetapi, selalu timbul rasa penyesalan dalam hatiku, setiap kali aku melakukannya. Sebenarnya, aku ingin sekali dapat mengakhiri kebiasaan burukku itu, tetapi aku merasa tidak mempunyai kekuatan untuk melawannya. Setiap kali aku mencoba untuk melawannya, setiap kali itu pula aku gagal.
Kebiasaanku yang jelek itu, tidak membuatku kehilangan pergaulan dengan orang-orang seusiaku. Aku bergaul sebagaimana layaknya anak-anak muda. Hingga suatu hari, aku bertemu dengan seorang gadis, dan setelah beberapa bulan kami pacaran, akhirnya kami memutuskan untuk menikah. Salah satu harapanku menikah adalah supaya aku dapat terbebas dari kehidupanku yang bejat. Namun, kenyataannya tidak seperti yang kuinginkan, aku masih tetap saja melakukan kebiasaanku itu. Hingga, karena perbuatanku yang menjijikan itu, istriku tertular penyakit kelamin. Itu adalah kesalahanku.
Aku sangat menyesali semuanya, karena istriku harus ikut menanggung perbuatanku itu, sedangkan dia tidak tahu apa yang telah kuperbuat selama ini. Aku sungguh jijik pada diriku sendiri. Setiap kali aku merenungi semua yang telah terjadi, yang ada hanyalah rasa penyesalan, namun demikian aku tidak dapat melakukan apa-apa. Kejadian yang hampir sama dengan kejadian masa kecilku dulu. Aku tidak mempunyai keberanian, yang ada hanyalah rasa penyesalan karena rasa takutku itu. Takut untuk menghadapi apa yang akan terjadi kemudian. Hingga suatu malam, aku terbangun dan perasaan jijik terhadap diriku sendiri begitu dalamnya. Aku pun mulai berdoa sambil meratapi diriku, aku sudah tak tahan lagi untuk menyimpan semuanya. Rupanya, istriku terjaga karena mendengar suaraku, spontan ia memelukku. Aku menceritakan semuanya, ia pun berdoa untukku dan mengampuniku juga.
Malam itu adalah awal perubahan dalam hidupku. Aku seperti menerima sebuah kekuatan yang memampukanku untuk berubah. Mulai saat itu, kebiasaanku yang tidak pernah tertinggal yaitu kehidupan malam yang penuh kebebasan telah kutinggalkan. Aku memulai hidup baru. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan-lah yang telah memberiku kekuatan dan memampukanku untuk melawannya. Aku juga bersyukur karena Ia telah mempertemukanku dengan seorang istri yang mau menerimaku dan mengampuniku.
Hingga saat ini, aku tak pernah lagi menyentuh kehidupan yang penuh kebebasan itu. Dan kini, aku mengerti, mengapa aku dulu seringkali gagal dalam melawan nafsu bejatku itu, karena aku mengandalkan kekuatanku sendiri. Namun kini, begitu aku menyerahkan semuanya dengan penyesalan yang sungguh-sungguh dari dalam hatiku, Ia yang akan memberi kekuatan untuk melawan semuanya. Sampai sekarang, perubahan-perubahan yang mendorongku untuk hidup dalam kebenaran, ke jalan yang Tuhan kehendaki, tak pernah berhenti dalam hidupku. Selalu setiap hari ada perubahan yang heran dalam hidupku.